Panjat tebing atau Sport Climbing adalah olahraga yang relatif baru di Olimpiade dan pertama kali dipertandingkan secara resmi pada Olimpiade di Tokyo. Olahraga ini menggabungkan kecepatan, kelincahan, strategi, dan kekuatan dalam tiga disiplin yang berbeda.
Bagaimana cara kerja olahraga ini dan bagaimana juri menilai atlet?
Apa itu Sport Climbing
Panjat tebing di Olimpiade terdiri dari tiga format: bouldering, speed, dan lead.
Bouldering: Dalam format ini, atlet harus memanjat dinding setinggi hampir 5 meter tanpa menggunakan tali. Mereka diberi batas waktu dan harus mencoba menyelesaikan pendakian dengan percobaan sesedikit mungkin.
Terdapat empat “masalah” atau rintangan yang harus diatasi oleh atlet. Pada babak semifinal, pemanjat diberi waktu lima menit untuk menyelesaikan lintasan, sedangkan di final hanya empat menit. Sebelum final, pemanjat memiliki waktu delapan menit untuk mengamati lintasan.
Speed: Di format speed, atlet berlomba memanjat dinding secepat mungkin dalam babak eliminasi satu lawan satu. Perlombaan dimulai dengan “seeding” di mana 14 atlet memanjat dua kali, masing-masing di satu sisi dinding, untuk mencatatkan waktu gabungan. Kemudian, babak eliminasi dimulai, di mana atlet berhadapan langsung dengan lawan, dan tujuh pemenang melaju ke babak berikutnya.
Tahap akhir adalah perlombaan “knockout,” termasuk perempat final, semifinal, dan final, untuk menentukan pemenang medali. Atlet terbaik dapat memanjat dinding setinggi 15 meter dalam waktu sekitar 7 detik. Sebelum perlombaan, atlet diberi kesempatan untuk mempelajari dinding dan merencanakan rute terbaik menuju puncak.
Lead: Pada format lead, atlet harus memanjat setinggi mungkin di dinding setinggi 15 meter dalam waktu enam menit. Semakin tinggi mereka memanjat, semakin banyak poin yang mereka dapatkan. Jika atlet berhasil mencapai puncak, mereka mendapatkan 100 poin. Tidak ada atlet yang mengetahui rute pendakian sebelumnya, sehingga rute ini lebih rumit dan menantang.
Kapan Sport Climbing menjadi bagian dari Olimpiade?
Menurut Olimpiade, panjat tebing adalah salah satu olahraga terbaru yang popularitasnya meningkat pesat dalam 20 tahun terakhir.
Salah satu kompetisi terorganisir pertama dalam olahraga ini berlangsung sekitar tahun 1985, ketika sekelompok pendaki berkumpul di dekat Turin, Italia, untuk acara “SportRoccia.” Ini menjadi kompetisi pertama di mana para pendaki harus mencapai puncak dalam waktu yang ditentukan.
Setahun kemudian, kompetisi pertama di dinding buatan diselenggarakan di dekat Lyon, Prancis.
Panjat tebing pertama kali muncul di Olimpiade pada tahun 2018, ketika dipertandingkan di Olimpiade Pemuda Buenos Aires. Kemudian, olahraga ini ditambahkan ke program Olimpiade resmi selama Olimpiade Tokyo 2020.
Olimpiade juga mencatat bahwa panjat tebing adalah olahraga yang sangat muda, dengan hampir 40% pendakinya berusia di bawah 18 tahun. Olahraga ini melibatkan partisipasi dari berbagai gender, dengan lebih dari 25 juta pendaki tersebar di 150 negara di seluruh dunia.
Bagaimana Penilaian Sport Climbing?
Dalam disiplin bouldering, pemanjat tebing mendapatkan poin berdasarkan tiga pegangan skor pada sebuah struktur. Setiap kali pemanjat berhasil menyelesaikan satu masalah (soal) di lintasan, mereka mendapatkan 25 poin. Untuk disiplin lead, semakin tinggi pemanjat mencapai dinding, semakin banyak poin yang diperoleh, dengan puncak tertinggi bernilai 100 poin.
Selama Olimpiade Tokyo, setiap atlet harus berkompetisi dalam ketiga disiplin ini (bouldering, speed, dan lead), dan skor akhir mereka dihitung berdasarkan hasil dari ketiga disiplin tersebut. Atlet dengan skor gabungan terendah berhak membawa pulang medali emas pertama dalam sejarah panjat tebing di Olimpiade.
Pada Olimpiade 2024 di Paris, akan ada dua medali yang diberikan: satu untuk kompetisi gabungan bouldering dan lead, serta satu lagi untuk disiplin speed saja.