Aturan pertandingan judo merupakan aspek penting yang mungkin belum sepenuhnya dipahami oleh banyak orang. Oleh karena itu, penting untuk menyadari bahwa judo adalah salah satu cabang olahraga yang menarik dan bernilai untuk dipelajari.
Apakah kamu tahu bahwa judo berasal dari pengembangan olahraga bela diri kuno Jepang yang disebut jiu jitsu? Namun, perlu dicatat bahwa judo memiliki perbedaan signifikan dengan teknik jiu jitsu.
Jika jiu jitsu menitikberatkan pada cara melumpuhkan lawan dengan gerakan yang seringkali berbahaya, judo justru diakui sebagai seni bela diri yang lebih aman. Keamanan ini terletak pada sederhananya teknik judo dibandingkan dengan jiu jitsu.
Peraturan Pertandingan
Pertandingan judo biasanya dibagi menjadi dua jenis yaitu individu atau beregu. Selain dibagi menjadi dua jenis, pertandingan judo juga dikelompokan berdasarkan usia dari dua pejudo yang akan bertarung.
Untuk anak-anak, durasi pertandingan adalah 3 menit, sedangkan untuk pejudo berusia remaja dan dewasa, sebuah pertandingan memiliki durasi selama 5 menit.
Awal dan Jalannya Pertandingan
Pada fase awal pertandingan, pejudo yang bersiap bertanding berdiri menghadap satu sama lain di belakang garis yang ditetapkan oleh wasit. Sebelum melibatkan diri dalam pertarungan, etika melibatkan kewajiban bagi para pejudo untuk saling membungkuk sebagai tanda penghormatan.
Pertarungan dimulai dengan langkah kaki kiri maju lebih dulu, sesuai instruksi wasit yang mengucapkan “hajime,” menandakan permulaan resmi pertandingan. Dengan perintah ini, pejudo dapat mengambil posisi siap untuk memulai aksi pertarungan.
Seorang pejudo dapat dinyatakan sebagai pemenang jika, sebelum berakhirnya waktu, berhasil mencetak satu poin. Poin ini dapat diperoleh melalui berbagai teknik, termasuk bantingan atau kuncian.
Jika tidak ada poin yang tercapai hingga waktu berakhir, penentuan pemenang dilakukan melalui proses pemungutan suara antara dua hakim sudut dan juri. Keputusan ini memastikan keterlibatan lebih dari satu perspektif dalam menentukan hasil pertandingan.
Ketika salah satu pejudo berhasil mencetak satu ippon, momen penting terjadi. Kedua pejudo akan saling berhadapan, memberikan penghormatan satu sama lain sebelum meninggalkan arena pertandingan. Ritual penghormatan ini mencerminkan etika dan budaya yang melekat dalam olahraga judo.
Sistem Penilaian dalam Judo
Dalam menentukan pemenang dalam judo, tidak hanya berdasarkan siapa yang paling lama berdiri di atas matras. Satu poin dalam olahraga judo dikenal dengan sebutan “ippon.”
– Ippon: Ippon merupakan nilai tertinggi yang diincar oleh setiap pejudo untuk meraih kemenangan. Seorang pejudo dapat meraih ippon melalui:
- Bantingan (nage waza): Membanting dan menjatuhkan lawan sehingga punggungnya menyentuh lantai lebih dulu.
- Kuncian (katame waza): Mirip dengan teknik gulat, pejudo dapat mengunci lawan sehingga lawan menepuk lantai dengan tangan atau kaki lebih dari satu kali, atau kuncian tersebut bertahan lebih dari 30 detik.
– Waza-ari: Sama dengan penilaian untuk mendapatkan ippon, pejudo dapat meraih nilai setengah, atau “waza-ari,” jika bantingannya dianggap tidak sempurna atau kuncian tidak mencapai 25 detik. Jika seorang pejudo berhasil mendapatkan dua kali waza-ari, itu dianggap setara dengan satu ippon, dan pejudo tersebut langsung dinobatkan sebagai pemenang pertandingan.
Pelanggaran dalam Judo
Dalam dunia judo, tak jarang seorang pejudo melakukan pelanggaran yang melanggar aturan pertandingan. Pelanggaran tersebut dikategorikan ke dalam empat jenis, masing-masing membawa konsekuensi yang berbeda:
- Shido: Shido merupakan pelanggaran yang dianggap tidak membahayakan namun berpotensi mengganggu jalannya pertandingan. Beberapa tindakan yang termasuk shido antara lain:
- Tidak menyerang setelah lebih dari 30 detik.
- Menjambak lawan.
- Menggigit seragam lawan.
- Melepaskan sabuk lawan atau sabuk sendiri tanpa seizin juri.
- Chui: Chui merupakan pelanggaran yang lebih berat dibandingkan shido. Beberapa tindakan yang dianggap sebagai chui melibatkan upaya merusak integritas pertandingan, seperti:
- Berusaha mematahkan jari lawan.
- Memasukkan kaki ke dalam seragam lawan selama melakukan kuncian.
- Menendang tangan lawan untuk melepaskan genggaman.
- Keikoku: Pelanggaran jenis keikoku dianggap sebagai pelanggaran berat dengan konsekuensi nilai yang dikurangi setengah. Beberapa tindakan yang termasuk keikoku antara lain:
- Menarik lawan yang tergeletak di lantai lalu membantingnya kembali.
- Mengunci bagian tubuh lawan selain di bagian sikut.
- Melakukan tindakan yang membahayakan diri sendiri dan pejudo lawan.
- Hansoku Make: Jenis pelanggaran ini merupakan pelanggaran paling serius dan akan mengakibatkan diskualifikasi langsung dari pertandingan. Beberapa tindakan yang masuk ke dalam jenis hansoku make melibatkan:
- Membuat lawan mendapatkan cedera yang sangat serius.
- Menerima peringatan shido sebanyak 4 kali.