Sejarah panjat tebing sebagai salah satu olahraga ektrim. Panjat tebing atau rock climbing adalah salah satu olahraga yang cukup digemari, terutama bagi pengiat alam bebas. Pada umumnya, panjat tebing dilakukan pada daerah yang memiliki kontur batuan tebing dengan sudut kemiringan mencapai 45 derajat.
Jenis olahraga ini terbilang cukup ekstrim. Butuh skill dan peralatan khusus untuk melakukan jenis olahraga yang satu ini. Panjat tebing sendiri sebuah olahraga memanjat yang dilakukan dengan memanfaatkan celah-celah pada batu untuk menapakkan kaki dan berpegangan.
Sejarah Panjat Tebing di Dunia
Panjat tebing atau rock climbing pertama kali dilakukan di Eropa sebelum perang dunia pertama. Panjat tebing dilakukan untuk mencapai tebing dengan ketinggian tertentu. Dalam prakteknya, panjat tebing dilakukan menggunakan peralatan tertentu seperti tali tebal, cincin kait atau carabiner dan paku tebing yang terbuat dari baja.
Sebelumnya, panjat tebing merupakan bagian penting dari pendakian gunung Victoria di pegunungan Alpen. Aktivitas ini diyakini sebagai kegiatan rekreasi di Prancis, Italia dan Inggris pada akhir abad ke 19. Aktivitas outdoor ini kemudian mulai berkembang dan berevolusi menjadi olahraga khusus.
Pada 1910, pendaki Jerman dan Italia mengembangkan serangkaian teknik penanganan tali, piton dan karabiner. Pada 1950 panjat tebing beralih dari hobi rekreasi ke olahraga tersendiri. Kompetisi panjat tebing pertama kali diselenggarakan di bekas Uni Soviet pada akhir 1940-an.
Namun, baru pada tahun 1985 seorang jurnalis olahraga Italia mengumpulkan sekelompok pendaki terbaik untuk sebuah acara yang disebut SportRoccia. Ini menjadi kompetisi terorganisir pertama untuk era baru olahraga panjat tebing modern.
Pada 1991, Kejuaraan Dunia pertama diselenggarakan di Frankfurt, Jerman. Pada tahun 2011, Dewan Eksekutif Komite Olimpiade Internasional memasukkan olahraga panjat tebing dalam daftar pendek sebagai kemungkinan acara baru untuk Olimpiade 2020. Namun, pada tahap ini terbukti tidak berhasil.
Sejarah Panjat Tebing di Indonesia
Di Indonesia sendiri, panjat tebing mulai berkembang pada 1960 di Tebing Citatah, Bandung. Kala itu, Tebing Citatah dipakai sebagai alat latihan pasukan TNI AD. Sementara panjat tebing modern di Indonesia sendiri dimulai pada tahun 1976 ketika Harry Suliztiarto mulai berlatih memanjat di Citatah, Bandung.
Perkembangan panjat tebing modern ini berlanjut dengan didirikannya SKYGERS “Amateur Rock Climbing Group” bersama tiga orang rekannya pada 1977. Mereka adalah Harry Suliztiarto, Heri Hermanu, Dedy Hikmat dan Agus R. Kemudian, pada 1979 Harry Suliztiarto memanjat atap Planetarium Taman Ismail Marzuki, Jakarta sebagai upaya mempublikasikan olahraga panjat tebing di Indonesia.
Pada tahun 1980, Tebing Parang, Purwakarta, Jawa Barat pertama kali dipanjat oleh tim ITB. Pada tahun yang sama, Wanadri menjadi tim Indonesia pertama yang melakukan ekspedisi ke Carstensz “Pyramid”. Saat itu, mereka berhasil mencapai Puncak Jaya dan Carstensz Timur.
Pada 1988, terdapat lomba panjat tebing di Indonesia yang pertama kali dilaksanakan, yaitu di Tebing Pantai Jumbaran, Bali. Pada 1990, diadakan Lomba Panjat Dinding Nasional (LPDN) yang digelar di Jakarta dengan dinding panjat pertama yang berketinggian 15 meter dan dibangun empat sisi.
Selanjutnya, pada 1991 untuk pertama kalinya Indonesia mengirimkan atlet panjat tebing ke kejuaraan di luar negeri, yaitu Ocenia Cup di Australia. Dari empat atlet yang dikirim, hanya Andreas SM dan Deden Sutisna yang menerima peringkat ke-4 dan 5.
Dengan adanya keikutsertaan ini, panjat tebing internasional menyadari bahwa Indonesia sudah memiliki atlet panjat tebing. Pada tahun yang sama, FPTI mengeluarkan Peraturan Lomba Panjat Tebing Buatan untuk pertama kalinya. Berlanjut pada 1992, diselenggarakan Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Panjat Tebing I yang diadakan di Padang.