Sepak Bola Tunanetra: Apa Saja Peraturannya?

Sepak bola tunanetra kerap menghadirkan momen-momen paling mengesankan di Paralimpiade.

Video-video para pemain Sepak Bola Tunanetra yang menampilkan koordinasi dan keterampilan luar biasa—melewati tim lawan dan mencetak gol—telah menjadi viral dalam Olimpiade sebelumnya, dan hal serupa diharapkan terjadi lagi di Paris.

Pertama kali dipertandingkan di Paralimpiade Athena 2004 dan selalu hadir di setiap edisi sejak itu, Brasil telah menjadi tim unggulan, memenangkan medali emas di semua edisi sejauh ini.

Gol solo memukau dari Nonato di final medali emas di Tokyo tiga tahun lalu memastikan kemenangan tipis 1-0 untuk Seleção melawan rival bebuyutan Argentina, menjaga rekor sempurna mereka.

ADVERTISEMENT

Argentina telah menjadi pesaing terdekat Brasil selama bertahun-tahun dan berhasil meraih podium di setiap Paralimpiade kecuali London 2012. Menurut ParaFootball, olahraga ini awalnya merupakan permainan di taman bermain bagi anak-anak dengan gangguan penglihatan. Federasi Olahraga Tunanetra Internasional (IBSA) menjadikan sepak bola tunanetra sebagai olahraga resmi mereka pada tahun 1996.

Saat ini, hanya turnamen pria yang dipertandingkan di Paralimpiade.

Aturan Sepak Bola Tunanetra

Setiap tim sepak bola tunanetra terdiri dari lima pemain: empat pemain outfield dan seorang penjaga gawang. Pemain outfield harus diklasifikasikan sebagai “buta total,” yang berarti mereka memiliki “ketajaman penglihatan yang sangat rendah dan/atau tidak memiliki persepsi cahaya.”

ADVERTISEMENT

Semua pemain outfield diwajibkan mengenakan penutup mata untuk memastikan kesetaraan, karena ada pemain yang mungkin masih dapat merasakan cahaya atau bayangan lebih dari yang lain.

Penjaga gawang memiliki penglihatan normal atau terbatas dan berperan penting dalam memberikan komunikasi strategis kepada tim saat bertahan, meskipun mereka harus tetap berada di area khusus yang terbatas di sekitar gawang. Selain itu, setiap tim juga memiliki dua pemandu yang memberikan arahan: satu di garis tengah dan satu lagi di belakang gawang lawan yang menjadi target serangan.

Baca Juga:  149-0, Sejarah Kemenangan Terbesar di Lapangan Hijau

Pertandingan sepak bola tunanetra berlangsung selama 40 menit, dibagi menjadi dua babak masing-masing 20 menit. Ini berbeda dengan sepak bola biasa yang berdurasi 90 menit dengan dua babak masing-masing 45 menit. Lapangan sepak bola tunanetra berukuran 40 meter x 20 meter (sekitar 131,2 kaki x 65,6 kaki), sedangkan FIFA merekomendasikan ukuran lapangan 105 meter x 68 meter (sekitar 344,5 kaki x 223,1 kaki) untuk pertandingan reguler.

ADVERTISEMENT

Meski penonton sepak bola biasanya berisik, dalam sepak bola tunanetra mereka diminta untuk diam agar pemain bisa mendengar suara bola yang berisi kerincingan. Bola yang digunakan berukuran lebih kecil dari bola standar ukuran lima yang dipakai dalam pertandingan 11 pemain, yaitu ukuran tiga. Di sepanjang sisi lapangan ada papan pembatas untuk mencegah bola keluar, sehingga permainan bisa berjalan lebih lancar.

Pemain diwajibkan meneriakkan “voy” atau “saya maju” dalam bahasa Spanyol saat melakukan tekel, menghormati asal mula permainan ini di Iberia. Mirip dengan aturan dalam bola basket, jika satu tim melakukan lima pelanggaran dalam satu babak, setiap pelanggaran berikutnya akan berujung pada hadiah penalti.

Klasifikasi Sepak Bola Tunanetra

Untuk dapat bermain sepak bola tunanetra di Paralimpiade, atlet harus masuk dalam klasifikasi B1, di mana ‘B’ menandakan tunanetra dan ‘B1’ mencakup mereka yang memiliki “ketajaman penglihatan yang sangat rendah dan/atau tidak memiliki persepsi cahaya sama sekali.”

Meskipun begitu, semua pemain outfield diwajibkan memakai penutup mata untuk memastikan kesetaraan. Sementara itu, penjaga gawang boleh memiliki penglihatan penuh atau diklasifikasikan sebagai B2 atau B3. Tugas penjaga gawang mencakup memberikan arahan kepada pemain dan menghentikan tembakan lawan.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU

TERPOPULER